Mathew Taylor dan kekasihnya, Handayani Nurul (Mirror.co.uk) |
Sudah 10 bulan pria itu terbaring di tempat tidur rumah sakit. Dalam kondisi tak sadar dan tak bisa merespon apapun. Koma. Dokter bahkan mengatakan, kemungkinan terburuk, ia tak akan bangkit selamanya.
Mathew Taylor, nama pria itu, terbaring tak berdaya akibat kecelakaan motor di Bali. Di Pulau Dewata itu ia mengajar Bahasa Inggris. Kepalanya mengalami gegar otak parah.
Suatu hari kejaiban terjadi. Sebuah panggilan telepon mengubah segalanya. Dari rumahnya di Bali, kekasih Taylor, Handayani Nurul menelepon. Orang tua yang menerima panggilan itu lantas mengarahkan telepon ke telinga Taylor.
Saat mendengar suara kekasihnya itu, air mata Taylor mengalir ke pipinya. Itu adalah kali pertamanya pria 31 tahun itu menunjukkan tanda-tanda pulih.
"Air matanya mengalir saat kami mendekatkan telepon ke telinganya. Kekasihnya menanyakan sesuatu, ia seakan menjawab "ya" dengan bahasa tubuhnya," kata ayah tiri Taylor, Simon Moore, seperti dimuat Daily Mail.
Taylor dari Overseal, Derbyshire, Inggris bertemu Nurul (27) setelah ia pindah ke Indonesia tahun 2009 -- 18 bulan sebelum kecelakaan -- untuk mengajar Bahasa Inggris.
Pasangan itu berniat menikah, mereka telah bertunangan, namun rencana itu harus tertunda saat Taylor mengalami kecelakaan kala mengemudikan motor 9 Juli tahun lalu. Selain tengkorak yang retak, rongga matanya juga harus direkonstruksi menggunakan tulang dari pahanya. Saat operasi itulah, ia koma, dan dalam kondisi vegetatif.
Pada bulan Oktober, Taylor dipulangkan ke Inggris. Kedua orang tuanya terus berjaga di samping tempat tidur di Royal Derby Hospital.
Nurul sempat menemani Taylor selama tiga bulan, namun mahasiswi Sastra Belanda di Universitas Indonesia itu terpaksa kembali ke Bali gara-gara visanya habis.
Sejak telepon pertama tiga minggu lalu, kini Taylor perlahan-lahan mulai pulih. Lebih banyak gerakan yang dilakukannya. "Kesadarannya masih rendah, tapi ia bisa menggerakkan tangannya, kiri dan kanan saat telepon berdering. Kami sangat lega ia mulai pulih," kata Moore. Ibu Taylor, Heather makin rajin menelepon Nurul untuk menstimulasi putranya.
Moore menambahkan, mereka berjaga siang dan malam di rumah sakit, dengan dada berdebar bersiap menghadapi yang terburuk. Perkembangan positif Taylor saat ini memuat mereka sangat senang.
Seentara, Luke Griggs, juru bicara yayasan cedera otak Headway mengatakan, Taylor kini punya harapan bisa sembuh total.
Dia menjelaskan, terapi penganggulangan koma (coma arousal therapy) seringkali digunakan untuk menstimulasi pasien yang kesadarannya berkurang, koma atau kondisi vegetatif.
"Periode stimulasi dirancang dengan hati-hati, dalam bentuk suara, sentuhan, bau, dan rasa. Yang digabungkan dengan periode istirahat pasien agar tidak membebani indranya.
"Meskipun kasus setiap individu berbeda, pada umumnya, semakin lama ia tak sadar, makin kecil peluangnya untuk sembuh total."
Namun, keajaiban bisa saja terjadi. "Kami mendengar beberapa contoh, seseorang bisa bangkit dari koma, sembuh total, dan melanjutkan hidup dengan bahagia," kata dia.
Fakta itu menunjukkan bahwa program terapi mungkin efektif. Juga bukti kekuatan cinta bisa menciptakan keajaiban. (eh)
• VIVAnews