“Sebenarnya, Kita Hidup di Dunia Hanya 2 Menit 1 Detik”


Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekadar lewat (HR Bukhari)

Dari 7 besaran ISO (International Standard Organization) yang di rumuskan yakni panjang, temperatur, massa, waktu, arus listrik, jumlah zat dan intensitas cahaya, hanya satu besaran yang susah untuk dipahami, waktu. Hidup manusia di dunia terfungsikan oleh waktu. Waktulah yang membatasi antara satu kehidupan dengan kehidupan yang lain.

Waktu menurut para ahli adalah besaran untuk mengukur tingkat perubahan yang terjadi pada benda atau zat. Kita sendiri menjadi bukti dari definisi ini, masih ingatkah saat kita kecil ditimang oleh bunda kita atau saat kuda-kudaan dengan ayah kita, namun lihat diri kita sekarang, sudah berubah dari saat kita digendong dan main kuda-kudaan bukan? itu semua karena waktu.

Pada zaman dulu, manusia menganggap waktu itu absolute, kecuali dalam Islam. Waktu dianggap sama saja tidak peduli pada acuannya. Baru pada abad 20, ilmuwan termasyhur abad 20, Albert Einstein mengeluarkan postulat yang menyatakan bahwa waktu bersifat relatif tergantung pada acuannya. Einstein memisalkan, jika seorang laki-laki mengobrol dengannya yang sudah tua, beruban dan keriput, mengobrol satu jam seperti satu abad. Sedangkan jika mengobrol dengan yang masih muda, cantik dan anggun mengobrol lima detik bisa terasa lima jam. Kurang lebih seperti itulah relativitas, kata Einstein.

Sekarang mari kita coba untuk membandingkan waktu dengan kerangka acuan waktu di dunia yang berdasarkan atas rotasi dan revolusi bumi atau benda langit lainnya dibandingkan dengan kerangka acuan akhirat berdasarkan berita dari Al-Qur’an dan Al hadits.

Firman Allah dalam Surat al-Mu’minuun [23] : 112-114

Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung. Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.

Dalam ayat ini, aroma relativitas waktu sangat kentara. Bayangkan, manusia yang hidupnya kurang lebih 70 tahun, ketika ditanya Allah menjawab hanya hidup satu hari atau setengah hari. Kemudian ditimpali oleh Allah bahwa hidupnya hanya sebentar saja, hanya sebentar.

Firman Allah yang lain dalam surat An-Naazi’aat [79] : 46

Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari.

Dalam ayat ini lebih cepat lagi, hidup kita dirasakan hanya selama waktu sore atau pagi hari. Jika waktu sore di mulai jam 3 dan diakhiri jam 6, berarti kita merasa hidup cuma 3 jam. Dan jika pagi hari dimulai jam 7 dan selesai jam 11 berarti kita merasa hidup hanya 4 jam. Tentu saja lebih sebentar dari ayat sebelumnya.

Firman Allah Selanjutnya dalam surat Yunus [10] : 45

Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat di siang hari, (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.

Pada ayat ini, lebih tinggi lagi komparasinya, hidup kita hanya dirasa SESAAT SAAT SIANG HARI saja, ALLAHUAKBAR.

Dan sekarang mari kita coba untuk menghitung perbandingan lama hidup kita menurut apa yang telah disampaikan nabi kita.

Bagaimana keadaan kalian jika Allah mengumpulkan kalian di suatu tempat seperti berkumpulnya anak-anak panah di dalam wadahnya selama 50.000 tahun dan Dia tidak menaruh kepedulian terhadap kalian? (HR Hakim dan Thabrani)

Dan Firman Allah dalam surat Al-Ma’arij [70] : 4

Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Rabb dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun.

Hadits di atas berhubungan dengan keadaan kita nanti di padang mahsyar, kata nabi Muhammad, kita berada di padang mahsyar selama 50ribu tahun yang sama nilainya dengan 50 milenium sama dengan 500 abad sama dengan 6250 windu. Adakah waktu ini sebentar?

Jika kita korelasikan hadits tersebut dengan ayat di bawahnya, kita akan menemukan suatu angka yang sangat fantastis. Mari coba kita hitung. Manusia zaman ini hidup dengan umur rata-rata 70 tahun, Rasulullah Muhammad meninggal pada usia 63 tahun. Maka, perantauan kita di dunia jika dibandingkan dengan relativitas waktu di padang mahsyar hanya akan terasa 2 MENIT 1 DETIK, nilai tersebut didapat dari perbandingan sederhana yang bisa dihitung oleh siswa SD kelas 4.

Benar, HANYA 2 MENIT 1 DETIK. Maka benarlah pada hari yang dijanjikan itu, manusia-manusia yang ingkar terhadap Robb nya akan diliputi penyesalan yang mendalam, penyesalan karena waktunya (yang singkat) hanya dipakai untuk hal-hal yang sia-sia, penyesalan karena waktunya (yang singkat) hanya dimanfaatkan untuk bermalas-malasan, penyesalan karena waktunya (yang singkat) hanya dimanfaatkan untuk melakukan maksiat dan dosa.

Mereka pun mengandaikan bisa kembali ke dunia, namun sayang, penyesalan tinggal penyesalan. Maka tenggelamlah mereka oleh keringatnya sendiri, karena malu dan takutnya mereka dan semoga kita bukan bagian dari orang-orang yang menyesal tersebut.

Namun saat itu ada juga yang dinaungi awan kasih sayang oleh Robb, kita paham bahwa pada saat itu matahari hanya sejengkal di atas kepala. Merekalah orang-orang yang beruntung. Orang-orang yang menjadikan waktunya untuk memperjuangkan agama Robb nya. Orang-orang yang menjadikan waktunya untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat buat diri dan sesama. Orang-orang yang menjadikan waktunya untuk senantiasa beribadah kepada Ilah nya. Mereka pun puas akan apa yang dilakukannya. Tidak sia-sia setiap tetes keringat dan tiap tetes darah yang mereka keluarkan demi kemuliaan agama ini. Tidak sia-sia mereka menahan gejolak mengumbar aurat dan berjuang menahan panas memakai jilbab bagi wanita. Tidak sia-sia mereka menahan setiap sentuhan, pandangan, pendengaran dari yang tak semestinya dilakukan. Benar, tidak akan sia-sia setiap amal kebaikan kita. Itulah hidup kita kawan, hanya sebentar.

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (QS al-Hasyr [59] : 18)

Perhitungan di atas memakai acuan padang mahsyar dan acuan waktu dunia, karena memang acuan padang mahsyar saja yang bisa kita perbandingkan. Sebab, kehidupan dunia ini tak akan bisa kita komparasi dengan surga atau neraka. Setiap yang kafir dan munafik masuk neraka sedangkan muslim masuk surga. Mereka yang munafik adalah orang-orang yang mengetahui hukum Allah namun kemudian ingkar, mereka yang menerapkan agama secara parsial, mengambil yang satu dan meninggalkan yang lain dan mereka yang muslim namun ragu akan nilai keislamannya.

Dan agama ini sudah sempurna. Baik dan buruk, halal dan haram sudah ditetapkan dengan jelas. Setiap aturan kehidupan mulai dari pergaulan, ekonomi, tatacara politik, pendidikan, sosial, hukum, dan ibadah sudah paripurna. Semua kembali kepada kita, maukah memakainya atau kita tetap dengan keadaan sekarang. Keadaan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Wallahu a’lam bi ash shawab.

Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat? (HR Muslim)

http://www.suaramedia.com/

Artikel Terkait Renungan

Arsip Blog