Apakah Anda salah satu wanita yang tertarik dengan pria bandel? Yang suka selingkuh dan berbohong, tapi dengan gaya mereka yang mulus bisa lolos begitu saja?
Yah, sebuah penelitian di Universitas Texas di San Antonio bisa menjawab pertanyaan itu.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal of Personality and Social Psychology menjelaskan, hormon Anda adalah penyebab hal tersebut."Penelitian sebelumnya telah menunjukan kalau pekan menjelang ovulasi, wanita jadi tertarik dengan pria tampan, seksi dan pemberontak seperti George Clooney atau James Bond," ujar peneliti Kristina Durante di LiveScience. "Tapi sampai sekarang masih belum jelas kenapa wanita mau menjalin hubungan jangka panjang dengan jenis pria seperti itu."
Sebagai bagian dari penelitian, sekelompok wanita, yang berada dalam periode kesuburan tinggi dan rendah, diharuskan melihat profil para pria yang "seksi" atau "bertanggungjawab". Mereka kemudian diminta mendeskripsikan seberapa bisa diandalkan pria itu sebagai ayah bila mereka memliki anak — misalnya berbelanja, memasak dan membersihkan rumah.
Hasilnya mengejutkan. Wanita yang sedang berada di puncak siklus kesuburan lebih optimistis kalau pria tampan dan bandel akan berkontribusi ke kehidupan keluarga, dibandingkan wanita yang tidak sedang ovulasi.
"Di bawah pengaruh hormon ovulasi, wanita menipu diri mereka kalau pria nakal, seksi akan menjadi kekasih yang setia dan ayah yang lebih baik," jelas Durante. "Ketika melihat pria seksi dalam masa ovulasi, Mr. Wrong terlihat seperti Mr. Right."
Menurut Jezebel, penemuan itu juga didukung dengan eksperimen kedua dimana wanita dengan tingkat siklus kesuburan berbeda diminta bersosialisasi dengan aktor-aktor yang memerankan ayah yang diandalkan atau pria tampan yang nakal. Sekali lagi, wanita yang tengah berovulasi tertarik kepada si bandel.
"Yang menarik, wanita dalam eksperimen ini mengatakan pria seksi akan lebih berkontribusi mengurus anak hanya jika dia menjadi ayah bayinya, tapi tidak jika dia berhubungan dengan wanita lain."
Meski temuan ini menarik, apakah hasilnya akan membuat para wanita berpikir ulang soal hubungan mereka dalam masa ovulasi setiap bulan?